ANDREO
Namanya Bintang Andreo Putra. Cowok keren,
pinter, peduli banget sama yang namanya cewek. Tapi sayang, sepertinya dia
terlahir untuk disakiti cewek. Dua bulan yang lalu baru putus gara-gara
ceweknya selingkuh. Sekarang lagi nyari pengganti yang bisa bener-bener sayang
sama dia.
ARINDRA
Namanya Bintang Arindra Putri. Cewek
anggun, baik, setia sama cowok. Tapi sayang, nggak pernah ada cowok yang
bener-bener sayang sama dia. Lima tahun nggak bisa move on dari mantannya. Tahun ini, tepat tahun ke enam akhirnya
perasaan itu sudah mulai memudar. Selakarang lagi butuh seseorang yang bisa
ngeyakinin Arindra kalo dia bener-bener udah move on dari mantannya.
ANDREO
Pagi itu bel masuk belum berbunyi. Dia
sengaja nongkrong di depan kelas, kali aja ada seseorang yang nyantol di
hatinya. Pagi itu suasana memang lagi cerah, para siswa dengan asik berjalan
menuju kelasnya masing-masing. Andre senyum-senyum sendiri. “Cewek itu..”, katanya dalam hati. “Gue udah kenal dia lima tahun, kenapa gue
nggak pernah kepikiran buat deketin dia, ya?” pikirnya lagi. Andre
buru-buru masuk kelas, mencari orang yang kira-kira tahu nomor handphone tuh cewek.
ANDREO
DAN ARINDRA
Sore itu hujan cukup deras. Tapi itu tak
membuat suasana hati Arindra menjadi kelam, malah sebaliknya, dia senang
sekali, suasana seperti itu membuatnya semakin mudah mencurahkan segala inspirasinya
dalam sebuah tulisan. Beberapa detik kemudian tiba-tiba ponselnya berbunyi.
“Eh
Rin, kelas kamu udah ulangan fisika belum?”
Arindra mengerutkan dahi. Ada angin apa si
Andre tiba-tiba nge sms?
“Udah,
ndre.”
Ini cewek jutek atau gimana, ya? Pikir
Andre. Tapi Andre nggak mau nyerah. Dia nyoba nanya sekali lagi.
“Gampang
nggak ulangannya?”
“Biasa
aja.”
Andre menatap datar sms balasan itu. Ah
udahlah, nggak mau gue sama cewek yang nggak pasti kaya gitu. Dia kembali
menaruh ponselnya di laci.
ANDREO
Siang itu lagi istirahat. Para siswa
bergegas menuju mesjid sekolah untuk melaksanakan sholat dzuhur berjamaah.
Arindra berjalan tepat di depan Andre.
“Gimana, Ndre. Lo direspon nggak sama tuh
cewek?” tanya Bagas antusias.
“Males ah, gas. Dia kayanya nggak ada niat
sama sekali sama gue.”
“Ya iyalah, ndre. Kalian kan belum deket,
wajar aja kalo dia ngga ada hati.”
“Tapi gue gengsi buat deketin dia. Gue
yakin responnya bakal datar lagi.”
“Ah payah, lo. Belum apa-apa udah nyerah
gitu.”
“Ya abis mau gimana lagi, bukan jodohnya
kali.”
“Jadi sekarang mau gimana? Lo mau nyerah
beneran?”
“Iya, gas. Lagian kayanya gue lagi
ditakdirin buat sendiri dulu.”
“Yah kacau. Ya udahlah terserah lo aja.
Tapi lo jangan nyesel kalo tiba-tiba si Arin keburu sama yang lain.”
Andre tak menjawab. “Ah, entahlah..”, desahnya dalam hati.
ARINDRA
Siang itu Arindra lagi duduk di salah satu
kursi koridor kelas. Istirahat kali ini Arindra lagi malas melakukan apa pun
selain duduk sendiri, berharap tak ada yang mengganggunya. Tapi cowok keren
yang sedang berjalan dari kelas sebelah tiba-tiba membuyarkan lamunannya. “Cowok itu, kenapa aku baru nyadar yah kalo
di keren. Orangnya pinter, baik lagi.”
Arindra mendadak jadi salah tingkah ketika cowok itu mendekat. “Sapa nggak yah?” Arindra sibuk
berpikir. Kalo dia harus nyapa cowok itu dia nggak berani, “Gengsi banget,” pikirnya. Tapi kalo dia nggak nyapa, kesempatannya
buat lebih mengenal cowok itu kayanya bisa hilang. Arindra kembali berpikir.
Akhirnya dia memutuskan buat nyapa cowok itu, “Gila, cowok itu keliatannya dingin banget. Mana berani aku nyapa dia
duluan? Nanti bisa-bisa responnya jelek.” Arindra pura-pura memainkan
ponselnya, seolah ia tak peduli dengan keberadaan cowok itu.
ANDREO
Siang itu Andreo melihat Arindra sedang
duduk di koridor kelas. Dia penasaran banget sama tuh cewek. Tapi sedikitpun
tak ada keberanian dalam dirinya untuk menyapa Arindra. “Kayanya gue harus pura-pura lewat deh, moga aja dia nyapa duluan”.
Dengan wajah sok dingin Andreo berjalan ke
arah Arindra. Arindra tampak memperhatikannya. Andreo mendadak salting saat itu
juga. Baru kali ini dia kaya gitu, nyari perhatian ke cewek, padahal selama ini
dia adalah sosok yang cuek, persis sperti wajahnya yang memang terlihat dingin.
“Tuhan,
kalo hamba jodoh sama Arindra, tolong beri hamba petunjuk saat ini juga, kalo
hamba jodoh sama Arindra, berarti sekarang dia bakal nyapa hamba.” Andreo terus
berdoa dalam hati. Kini jaraknya dengan Arindra tinggal beberapa meter lagi,
tapi kenapa cewek itu malah asik memainkan ponselnya, ya? “Tenang aja, ndre. Gue kan belum lewat tepat di depannya.” Andre membesarkan hatinya. Entahlah, Andre
merasa yakin sekali kalo Arindra akan menyapanya. Beberapa detik kemudian
tepatlah Andre lewat di depan Arindra, tapi sayang, cewek itu masih asik
memainkan ponselnya. Ah, itu benar-benar membuat Andre kecewa, amat kecewa.
Mulai sejak itulah Andre menghapus semua harapannya terhadap Arindra. Mungkin
mereka memang tidakk ditakdirkan untuk bersama.
Untuk ukuran anak kelas tiga SMA rasa malu
itu memang terlihat aneh. Begitupun yang dirasakan Andreo dan Arindra. Segengsi
apa pun seorang Andreo, tapi untuk hal mendekati cewek biasanya dia cukup ahli,
tapi tidak untuk kali ini. Sepemalu apa pun Arindra, tapi untuk hal menyapa
orang dia cukup ahli, bahkan Arindra cukup dikenal dengan keramahan yang ia
miliki, tapi tidak untuk kali ini.
ANDREO
& ARINDRA
Beberapa bulan berlalu. Malam itu mungkin
merupakan kebersamaan terakhir untuk para siswa
kelas tiga SMA Bhakti Kencana. Dan sampai malam itu juga tak pernah ada
kata yang terucap antara Andreo dan Arindra. Andreo masih belum punya
keberanian untuk mendekati Arindra. Andreo merasa dirinya tak memiliki apa pun
yang bisa ia banggakan dihadapan Arindra. Padahal semua orang tahu kalo Andreo
bukan lelaki biasa. Begitupun dengan Arindra. Arindra merasa dirinya tak pantas
untuk Andreo, ia tak secantik pacar-pacar Andreo yang dulu.
Tapi malam itu, saat Andreo sedang duduk
sendiri di pojok ruangan, Arindra mencoba memberanikan diri untuk menyapa
Andreo. Arindra takut tak ada kesempatan lagi untuk bisa berbincang-bincang
dengan Andreo.
“Hay, ndre.”
“Eh, rin, apa kabar?”
“Kabar baik. Eh, ndre, kayanya udah lama,
ya, kita nggak ngobrol?”
“Iya, rin. Kayanya udah lamaaaa banget.”
“Padahal kita udah kenal enam tahun, tapi
kenapa belum terlalu saling mengenal, ya? Haha”
“Yaa bisa jadi karena dunia kita berbeda,
rin.”
“Maksudnya kamu bukan dari kalangan manusia
gitu?Haha”
“Ga gitu juga sih, rin. Maksud gue mungkin
karena dari dulu lo cuma deket sama anak-anak musik, makannya mantan-mantan lo
juga anak musik semua kan? Sedangkan gue deketnya sama anak-anak grafity, jadi
mantan-mantan gue juga anak grafity semua. Jadi di antara kita ga sempet saling
lirik gitu deh, makannya kita nggak pernah akrab.”
“Iya sih, ndre, bener juga.”
Andreo dan Arindra akhirnya keasyikan
ngobrol sampai acara perpisahan itu selesai. “Gue kira obrolan dia ga bakal
nyambung sama gue, tau nya nyambung-nyambung aja tuh.” Ujar Andreo dalam
hati.”Aku kira Andreo bukan tipe cowok yang asyik, tau nya asyik-asyik aja
tuh.” Ujar Arindra dalam hati. Malam itu adalah malam yang benar-benar berkesan
bagi keduanya. Tapi sayang, mungkin tuhan punya rencana lain. Malam itu
ternyata adalah malam terakhir bagi keduanya untuk bisa saling bertatap muka.
Andreo dikirim ayahnya ke Jepang untuk melanjutkan kuliah, sedangkan Arindra
tetap kuliah di Indonesia.
ANDREO
27 Juni 2014. Andreo terus menatap tanggal
itu di kalendernya. Malam ketika dia merasa begitu dekat dengan Arindra. Malam
ketika keduanya saling berbagi cerita tentang mimpi dan cita-citanya masing
-masing. Tepatnya malam terakhir Andreo bisa melihat wajah manis Arindra.
Sekarang dia sudah kembali ke Indonesia. Bekerja di sebuah perusahaan otomotif.
Bakatnya membuat grafity dan melukis juga masih tersalurkan.Andreo bertekad
untuk memajukan Indonesia lewat keahliannya, persis seperti yang disarankan
Arindra malam itu. Kini Andreo benar-benar merindukan Arindra. Di mana wanita
itu? Apa dia sudah menikah?Atau bahkan sudah memiliki anak?Ah entahlah, yang
penting Andreo akan terus berusaha mencari Arindra sampai dia bisa
menemukannya.
ARINDRA
27 Juni 2014. Arindra terus menatap tanggal
itu di kalendernya. Malam ketika dia merasa begitu dekat dengan Andreo. Malam
ketika keduanya saling berbagi cerita tentang mimpi dan cita-citanya
masing-masing. Tepatnya malam terakhir Arindra bisa melihat wajah tampan
Andreo. Sekarang Arindra masih tinggal di Jakarta. Menjadi seorang psikolog dan
memiliki sebuah sekolah dengan sistem terbaik se-Indonesia.Bakatnya menulis dan
menyanyi juga masih tersalurkan.Arindra bertekad memajukan Indonesia lewat
keahliannya, persis seperti yang disarankan Andreo malam itu. Kini Arindra
benar-benar merindukan Andreo. Di mana laki-laki itu sekarang? Apa dia sudah
memiliki wanita lain di Jepang sana? Atau bahkan dia sudah menikah? Ah
entahlah, ia hanya bisa berharap tuhan mau berbaik hati untuk mempersatukannya
dengan Andreo.
ANDREO
20 April 2020. Hari itu Andreo sedang tidak
bekerja,ia berniat mengajak adik perempuannya mengunjungi sebuah pameran
lukisan. Ketika sedang menunggu adiknya di ruang keluarga, tak sengaja ia
melihat sebuah novel. Best seller. Karya Bintang Arindra Putri. Andreo terus
menatap novel itu, ia membukanya, lalu membaca halaman demi halaman, isinya
tentang seorang perempuan yang jatuh cinta ketika perpisahan sebentar lagi akan
datang. Cinta itu tak pernah terucap. Tapi selama berpisah, perempuan itu tak
pernah berpindah ke lain hati, ia selalu menunggu dengan setia karena ia yakin
suatu saat nanti orang yang dicintainya akan kembali.
ARINDRA
20 April 2020. Hari itu Arindra membawa
bebearapa siswanya mengunjungi sebuah pameran lukisan. Ia berharap siswanya
bisa belajar dari pelukis-pelukis hebat itu. Arindra menatap sebuah lukisan
yang paling disukainya, andai saja Andreo ada di sini, pasti ia juga akan
menyukai lukisan itu, pikirnya dalam hati. Ia kembali melihat lukisan itu lagi,
dan..tanda tangan itu?? Sepertinya ia mengenali tanda tangan itu! Arindra
mengingat-ngingat siapa pemilik tanda tangan itu. Tapi tiba-tiba saja seseorang
di sampingnya memberi tahu Arindra siapa pemilik tanda tangan itu.
“Tanda tangan itu milik gue, rin.”
Arindra segera melihat lelaki itu, lelaki
itu tersenyum, Arindra benar-benar tak percaya. Benarkah itu Andreo?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar