Cinta dalam Bayangan
Kututup diary
usangku, si cokelat tua yang setia. Kunamai dia Devandra, nama yang mungkin tak pernah
ada di dunia ini. Nama yang selalu ada di setiap lembar catatan harianku. Nama
yang selalu kuukir pada setiap pena kesayanganku. Nama yang telah menemaniku
sejak lima tahun yang lalu.
Dev, wajahmu
terkadang jelas dalam benakku, tapi di saat yang lain wajah itu tiba-tiba kabur,
seolah tertutup kabut putih yang membelenggu dalam otak ini. Tubuhmu seolah
menjelma menjadi udara yang tak bernyawa, tapi aku menarikmu kembali lewat
udara yang kuhirup. Aku berusaha menggenggam nyawamu sekuat mungkin agar kau
tidak pergi.Dev, aku ingin kau selalu ada di dekatku meski hanya menjadi sebuah
bayangan, aku ingin kau selalu ada dalam setiap hembusan nafasku, dekaat sekali,
sedekat urat nadi. Aku mohon berjanjilah.., karena hanya kamulah yang bisa
membuat setiap detik hidupku berisi senyuman.
“Iya Firiyal,
aku janji tak akan pernah meninggalkanmu.”
Suara itu
terdengar halus dalam bayanganku. Aku tersenyum. Wajah itu kembali mendekatiku.
Sosok yang memiliki paras tampan, matanya hitam legam, bulu matanya lentik,
tubuhnya jangkung kekar, juga kulit sawo matang yang semakin menyempurnakan
kelelakiannya.
“Firiyal,
besok kamu wisuda. Akhirnya kamu sudah dewasa, sayang. Bertahun-tahun aku
menunggumu dalam diam. Menjadi seseorang yang hanya mengagumimu dari jauh, yang
hanya bisa menitipkan salam rinduku pada angin yang berhembus di setiap
malamnya. Aku janji akan datang menemuimu setelah kau siap menerimaku, dan
setelah kau pantas menerimaku.”
“Aku siap
menerimamu kapan pun, …”
Sontak aku
terkaget! Bagaimana mungkin aku menjawabnya? Sungguh aku tak sengaja meski aku
dalam keadaan sadar. Aku merasa ada ruh yang telah membantuku menjawabnya. Tapi
aku heran, kenapa bayanganku berkata seperti itu? Padahal fikiranku tak
menyuruhnya?
Tiba-tiba aku
teringat enam tahun yang lalu ketika bayangan itu mulai muncul. Saat itu aku
kelas dua SMA. Aku senang sekali melukis. Suatu hari ketika hidupku sedang diambang
kesulitan dia tiba-tiba muncul dalam lukisanku. Saat itu aku sedang
membayangkan kejadian beberapa tahun setelah ayah pergi dengan selingkuhannya.
Mama mulai tergoda dengan lelaki-lelaki yang haus dengan harta, abangku masuk
penjara karena ketahuan menghisap barang haram, serta Farel yang tiba-tiba
memutuskan hubungannya denganku tanpa alasan. Sejak saat itulah aku benci semua
lelaki. Kurasa semua lelaki di dunia ini adalah malapetaka, terutama dalam
hidupku.
Selama
cerita-cerita pahit itu terus mengalir dalam bayanganku, tanganku sibuk
mengendalikan kuas yang kupegang yang akhirnya kuas itu membentuk sebuah wajah
indah, wajah yang belum pernah kutemui dalam dunia nyata. Aku benar-benar tak
sengaja membuatnya, entah komando dari siapa tanganku bisa membuat wajah
seindah itu. Aku terus menatapnya. Hanya wajah lelaki itu yang bisa membuatku
tenang. Setiap kali ketika aku merasakan
pesimis akan hidup aku selalu menemui lukisan itu. Aku menceritakan semua yang
kualami padanya, kutatap matanya, saat itu aku merasa dia benar-benar nyata,
tiba-tiba dia memberi energi padaku,seolah ada suara yang berkata, “Firyal,
kamu tau nggak, kenapa tuhan menciptakan masalah?” Tanpa sadar aku menggeleng.
“Karena tuhan ingin hambanya memiliki kekuatan.” Dahiku mengkerut. Aku tak
mengerti maksudnya. Tapi nyawa itu tiba-tiba menghilang. Berhari-hari aku
mencari tahu maksud dari kata-kata itu. Tapi akhirnya aku menemukan sendiri
jawabannya. Masalah memang diciptakan untuk kekuatan bukan kematian.
Bertahun-tahun aku hidup bagai manusia tak bernyawa. Dalam waktu yang cukup
lama aku tak memiliki semangat. Aku menggantungkan hidupku pada keadaan.
Waktulah yang mengatur hidupku, bukan aku sendiri.
Saat
itu aku tersadar, ternyata aku mati karena masalah. Aku hanya berontak tiap kali
masalah datang. Aku hanya mengeluh dan menangis. Aku benci hidup, aku
menganggap hidup adalah musuh.
Padahal setelah aku mau berfikir,
akhirnya aku tau bahwa dalam setiap masalah selalu ada intan, dan intan itulah
yang menjadikan kita bertambah dewasa serta semakin kuat memerangi setiap
rintangan. Kini aku selalu ingat bahwa jika kita tidak mampu menangkap hikmah
dari setiap kejadian, bukan berarti hikmah itu tidak ada, tapi itu karena kita
sendiri yang terlalu bodoh untuk bisa menangkap hikmah.
***
Jam
beker monyet kesayanganku berteriak keras memanggilku. Aku mengeluh
habis-habisan, bagaimana tidak, mimpi indahku terpotong padahal endingnya hanya
sedikit lagi, mungkin tinggal menghitung detik saja. Dengan penuh penyesalan
aku mematikan jam beker monyet itu, berusaha meneruskan mimpi indahku, tapi
tetap saja, khayalan itu tak seindah yang kuharapkan. Aku bergegas bangun dan
melipat selimutku yang bergambar monyet pula. Kamarku memang dipenuhi dengan
benda-benda bernuansa monyet. Orang-orang mungkin aneh melihat diriku yang
terobsesi monyet, binatang yang tidak disukai kebanyakan manusia, tapi aku
memandang monyet dari sisi lain, semua binatang di dunia ini punya keistimewaan
tersendiri, termasuk monyet, karena tak ada sesuatu apapun yang diciptakan tuhan
dengan sia-sia.
***
Aku
menutup pintu kamar, sejenak aku menatap ruang keluarga, bayang-bayang masa
laluku tergambar jelas, dulu tempat ini begitu berwarna, senyuman-senyuman
indah menghiasi ruangan ini. Kini papah
dan abangku entah dimana, mama juga tak peduli dengan wisudaku hari ini. Lagi-lagi
aku mengeluh, tapi apa daya, tak ada yang bisa kulakukan.
“Kamu
jangan pasrah dengan keadaan dong, Firiyal!!”
Suara
itu??
“Kalo
kamu diam, semua akan tetap seperti ini!!”
….?
Dimana kamu??
Bayangan
itu tiba-tiba menghilang. Kutatap sebuah pigura, dulu ditengahya terlukis wajah … . Tapi kini
lukisan itu menghilang entah kemana, yang kutau, lukisan itu sudah menjelma
menjadi sosok bayangan yang misterius, bayangan yang tak setia karena terkadang
dia pergi. Dia datang ketika aku membutuhkan pencerahan, tapi dia pergi sebelum
menjelaskan perkataanya. Dia memaksaku menyimpulkan sendiri.
“Firiyal..aku
menunggumu..”
Maksudnya??
Bayangan
itu pergi lagi. Aku hanya menghela nafas. Baiklah, tak usah difikirkan. Langkah
kakiku bergegas menuju pintu. Kulihat mobil di depan rumahku, mobil siapa itu?
Mungkinkah mama punya cowok baru lagi??
Seseorang
keluar dari mobil itu dan berjalan ke arahku. Tubuhnya jangkung kekar, matanya
hitam legam, bulu matanya sedikit lentik, kulitnya sawo matang. Lelaki
itu..sepertinya aku mengenalnya. Sangat mengenalnya. Seolah ia datang setiap
hari untuk menemuiku. Lelaki itu mirip sekali dengan seseorang dalam
bayanganku.
“Kamu
Firiyal kan?”
Lelaki
itu, suaranya mirip sekali dengan suara
…
“Hey,
kamu melamun?” Tanya lelaki itu lagi.
Aku
tidak bisa mengeluarkan suara. Bahkan untuk bernafas pun rasanya sulit sekali. “Hallo..kamu cewek yang bernama Firyal
itu kan?”
“Kamu
benar-benar sedang menungguku?” tanyaku.
“Iya.
Kok tau?”
“Bukannya
tadi kamu yang ngasih tau aku?”
“Kapan
aku ngasih tau? Aku kan baru kenal kamu sekarang?”
“Loh,
bukannya kita udah kenal sejak enam tahun yang lalu?? Nama kamu Devandra kan?
“Iya,
ko kamu tau nama aku?”
“Kamu
kan cinta dalam bayanganku. Kamu lupa ya?”
“Apa??
Kamu waras nggak sih? Aku itu anak Pak Purwoto, anak dosen kamu! Papah nyuruh
aku jemput kam, dan ini adalah kali pertama aku liat kamu. Suer..”
“Hahh??”
Bayangan
itu benar-benar nyata?? Dia benar-benar ada dan pernah dilahirkan di dunia
ini?? Sungguh tidak masuk akal!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar